Apa kecurangan SBMPTN yang kamu tahu?



Share cerita dari

 Shabina

Dokter Umum2015–saat ini
tentang "Apa kecurangan SBMPTN yang kamu tahu?"

Ini adalah pengalaman yang diceritakan oleh teman saya sendiri. Bukan SBMPTN, tapi menyontek saat ujian masuk salah satu universitas ternama di Jogja.

Pada tahun 2013, sahabat saya (dipanggil A) bercerita bahwa adiknya (dipanggil B) sangat ingin masuk ke FKG (Sekolah Kedokteran Gigi) salah satu PTN terbaik di Jogja (U **) ya? Hingga gelombang terakhir ujian, semua jalur masuk universitas ini diikuti, tetapi B gagal. Bahkan B tidak memenuhi syarat untuk belajar di kampus swasta. Pada akhirnya, B memutuskan untuk pergi ke tahun jeda.

Sebulan kemudian (tahun ajaran baru) saya kaget melihat postingan B di media sosial, berfoto bersama kelompok cacar nya, dan bahkan lebih kaget lagi melihat tagar # MABA_FKG_U ** (maaf nama universitas saya disensor tapi Bisakah kamu menebak?). Saya ucapkan selamat kepada A, karena kakaknya sudah berhasil masuk di FKG universitas. Saya juga bertanya kepada A, rute masuk mana yang akhirnya dilewati B? Karena saat itu semua jalur ujian sudah berakhir. Tidak ada lagi rute pengujian independen. Mengapa saya tahu, karena adik-adik saya juga sudah terdaftar dan diterima di universitas. Itu juga merupakan pintu masuk bagi saudara saya untuk mengalami gelombang terakhir. Setelah kakakku, tidak ada lagi gelombang ujian masuk.

A juga menceritakan bahwa setelah semua jalur masuk yang tidak dilalui adiknya B, ketika keluarga AB sudah menyerah pada tahun jeda, tiba-tiba B mendapat telepon dari seseorang yang menawarinya “jalur belakang”. Awalnya keluarga AB tidak percaya, tapi karena penasaran akhirnya mereka setuju untuk menyetujui tawaran “jalur belakang” ini. Keluarga AB juga dimintai uang DP yang lumayan. Saya lupa nominalnya. Kira-kira 50 juta kalo gak salah. Keluarga AB setuju. (Keluarga AB adalah salah satu orang terkaya di dunia, jadi kalau ini hanya modus penipuan, tak peduli banyak uang yang hilang. Nama juga upaya mendaftarkan anaknya di fakultas yang diinginkan).

Setelah membayar uang muka, broker menyuruh B kembali ke Jogja karena akan ada “Briefing & Retesting”. B kembali ke Jogja ditemani ibunya. Ketika dia tiba di tempat & waktu yang telah ditentukan broker, betapa terkejutnya B bukan satu-satunya yang ada di ruangan itu. Ada sekitar 30 orang lebih. Usai pembekalan, mereka diberikan alat komunikasi (alat bantu dengar) seperti earphone. Kemudian mereka dibantu untuk menempelkannya ke tubuh mereka, bahkan para calo dan tim melakukan 'sound check' terlebih dahulu untuk memastikan semua peserta mendengar dengan jelas.

Gambar ilustrasi. Tapi gambar yang teman saya perlihatkan ini menggambarkan keadaan B saat itu. Kalau tidak salah, praktek curang semacam ini sudah terungkap dan viral. Saya lupa universitas mana yang ditangkap

Keesokan harinya, 30 orang tersebut kembali ke tempat yang ditentukan oleh broker untuk mengambil “Retest”. Pertanyaan itu dibagikan dan suara di earphone menentukan kunci jawaban.

”Satu A, Dua C, Tiga D, Empat A, Lima A,….”

dan seterusnya sampai semua nomor terisi. Peserta bahkan tidak perlu repot membaca soal, karena kunci jawaban didiktekan langsung dari earphone. Usai "Ujian Ulang", peserta diminta menunggu hasil ujian. Dan hasil ujian keluar satu jam setelah "tes ulang berakhir". B dan 30 peserta lainnya pulang membawa ijazah mahasiswa baru.

Berapa banyak yang dibelanjakan keluarga AB untuk "rute khusus" ini? B menjawab 160 juta khusus untuk calo, belum termasuk biaya masuk resmi kampus 100 juta. Bayangkan ini hanya satu fakultas. Bagaimana jika praktek curang ini terjadi di semua fakultas? Hebat, bukan?


Sumber : https://qr.ae/pNHNPi




Komentar

Postingan Populer